Tasikmalaya – Namaku Albar Ahmad Mubarok,biasa di panggil (Abin) umurku 15 tahun lahir dan di besarkan di Tasik malaya. Aku anak ke dua dari tiga bersaudara. Sejak kecil aku mempunyai cita-cita ingin menjadi TNI Angkatan Darat, tapi semenjak ayahku pergi meninggalkan keluarganya untuk bekerja sebagai TKI di saudi Arabia sejak umurku 3 tahun dan sampai sekarang belum kembali aku merasa tak semangat lagi mengejar cita-cita.
Seiring berjalannya waktu aku merasa tumbuh dan merindukan sosok ayah. Begitu pula dengan ibuku yang merasa di tinggalkan suaminya yang tak kunjung kembali. aku mulai mengerti betapa sedih dan sepi nya ibu berjuang sendiri untuk menghidupi anak-anaknya. Pada suatu waktu saya berpikir untuk membantu perekonomian keluarga dan sedikit mengesampingkan cita-cita ku, aku mulai belajar bermain gitar, kecapi, bernyanyi, membaca puisi dan berteater di sebuah sanggar yang biasa di kenal dengan sebutan KCT (Komunitas Cermin Tasikmalaya) yang di motori oleh kang Acong. Disanalah aku menempa diri bersama kawan-kawan yang sudah ku anggap sebagai keluarga.
Ketika aku sudah merasa sedikit memiliki ilmu tersebut perlahan mulai ku gunakan untuk mendapatkan uang guna membantu ibu. Aku ngamen di mana pun dengan cara bernyanyi dan membaca puisi, rutinitas itu ku lakukan setiap hari sampai sekarang selepas pulang sekolah sebelum masa pandemi. Hasil yang kudapat ku berikan untuk ibu semuanya agar bisa di olah dengan baik. Sedikit atau banyak yang kudapat ibu selalu mengajariku untuk bersyukur. Pada suatu hari aku di kejutkan dengan kedatangan tamu KCT dari Jakarta yang dengan tiba-tiba menawarkan tantangan untuk aku membaca puisi di toko sepatu, tanpa berpikir panjang aku langsung menerimanya dan berlatih hanya beberapa jam saja sebelum di lakukan di toko sepatu. Dengan semangat aku membaca dan penuh dengan penjiwaan yang maksimal dari pembelajaran yang kuterima di sanggar. Maka selesai sudah tantangan itu, hal yang membuat saya terkejut dan terharu adalah di saat tamu dari Jakarta itu yang bernama Bimala Foundation memeberikan hadiah sepasang sepatu yang aku sukai.
Tak percaya tapi ini nyata, kenapa tiba-tiba hari itu saya mendapat sepatu seolah itu adalah bentuk perwujudan dari doa yang selama ini aku sampaikan kepada Tuhan. Bagaimana tidak, aku punya sepatu hanya satu dan itupun sudah tak muat lagi pada kakiku sehingga di beberapa sisinya robek dan tapaknya pun berkali-kali ku jahit di tukang SOL sepatu. Kebahagiaan ini ku sampaikan pula kepada ibu dan tak pernah lupa beliau selalu mengingatkanku untuk bersyukur sekaligus berpesan padaku agar aku berjanji pada diriku sendiri kelak menjadi anak yang sukses dan menginspirasikan bagi orang lain. Kalimat itu menjadi penyemangatku lagi untuk mengejar dan mewujudkan mimpiku yang selama ini ku abaikan. dan mulai hari itu aku semakin semangat berlatih fisik dan kemampuanku dalam memainkan alat musik, aku yakin bahwa proses tidak membohongi hasil. Mungkin hanya ini yang dapat kuceritakan tentang pengalaman perasaanku saat mendapatkan sepatu baru. Terima kasih Bimala Foundation doa terbaik dariku bagimu.